Oleh : Mutia Afifati
A.
Teks dan Terjemah
حَدَّثَنَا
مُسَدَّدٌ، حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ، عَنْ حُصَيْنٍ، عَنْ مُعَاذِ بْنِ زُهْرَةَ،
أَنَّهُ بَلَغَهُ " أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ
إِذَا أَفْطَرَ قَالَ: «اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ، وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ»
Artinya : Telah
menceritakan kepada kami Musaddad, telah menceritakan kepada kami Husyaim, dari
Hushain dari Mu'adz bin Zuhrah, bahwa telah sampai kepadanya “Sesungguhnya Nabi
SAW apabila berbuka beliau mengucapkan: ALLAAHUMMA LAKA SHUMTU WA 'ALAA RIZQIKA
AFTHARTU (Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa, dan dengan rizki-Mu aku berbuka)”.
Menggunakan
lafal dari Abu Dawud.
B. Sumber
1. Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, hal.
268, hadis no. 2358, “Kitab as-Shaum”, “Bab al-Qauli ‘inda al-Ifthar”. (Riyadh
: Bait al-Afkaar ad-Duwaliyyah. Tth)
2. Baihaqi, Sunan al-Kubra, IV :
403, hadis no. 8134, “Kitab as-Shiyaam”, “Bab Maa Yaquulu Idzaa Afthara”.
(Beirut : Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah. 2003)
3. Thabrani, Mu’jam al-Ausath, VII :
298, hadis no. 7549, “Bab al-Miim”. “Min Ismihi Muhammad”. (Kairo : Dar al-Haramain.
1995)
4. Ibnu Abu Syaibah, Al-Kitab
al-Mushannaf fi al-Ahaadits wa al-Aatsaar (Mushannaf Ibnu Abu Syaibah),
II : 344, hadis no. 9744, “Kitab as-Shiyaam”, “Maa Yaquulu fii as-Shaaim idzaa
Afthara Maa Yaquulu”. (Beirut : Dar at-Taaj. 1989)
5.
Al-Haris,
Musnad al-Haris, I : 526, hadis no. 469, “Kitab al-Washaayaa”,
“Washiyyah Sayyidina Rasulullah SAW”. (Madinah : Markaz Khidmah as- Sunnah wa
as-Siirah an-Nubawiyyah. 1992)
Skema Sanad
Biografi
Perawi-Perawi Hadis Do’a Berbuka
Puasa “Allaahumma laka sumtu, wa ‘alaa rizqika afthartu” dari Jalur
ath-Thabraniy
A. Biografi Anas bin Malik[1]
Nama
lengkap : Anas bin Malik bin Nadhr bin Dhamdham bin Zaid bin Haram bin Jundab
bin ‘Amir bin Ghanmun bin ‘Addiy bin Najjar. Merupakan pembantu Nabi SAW.
Nama
kunyah : Abu Hamzah.
Nama
laqab : al-Anshariy, al-Madaniy, al-Khazrajiy.
Thabaqah
: Pertama (Sahabat yang masyhur/terkenal)
Pendapat para ulama mengenai tahun wafatnya :
-
Wahab
bin Jarir, dari ayahnya : Wafat tahun 90 H.
-
Hammaam,
dari Qatadah : Wafat tahun 91 H.
-
Abu
‘Ulaiyah, Abu Nu’aim, Khalifah : Wafat tahun 93 H.
-
Ma’an
bin ‘Isa, dari sebagian anak Anas : Wafat tahun 92 H.
Meriwayatkan
hadis-hadis dari : Nabi SAW, Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman
bin Affan, Fatimah az-Zahra, Abdur Rahman bin ‘Auf, Abu Thalhah, Mu’adz bin
Jabal, Ubadah bin Shamit, Ummu Sulaim, dll.
Orang-orang
yang meriwayatkan hadis darinya : al-Hasan,
Sulaiman at-Taimiy, Ishaq bin Abu Thalhah, Qatadah, Anas bin Siiriin, az-Zuhri,
Yahya bin Sa’id al-Anshariy, dll.
Penilaian
para ulama mengenai sifat dan kredibilitasnya dalam meriwayatkan hadis :
-
Ali
bin al-Ja’di berkata, dari Syu’bah, dari Tsabit, bahwasanya Abu Hurairah
berkata : aku tidak melihat seseorang yang sholatnya paling menyerupai Nabi
kecuali anak Ummu Sulaim (Anas).
-
Ali
bin Madaniy : Orang terakhir yang tinggal di Bashrah dari kalangan sahabat Nabi
adalah Anas.
-
Bukhari
berkata dalam “at-Tarikh al-Kabir “ : Nashr bin Ali berkata kepadaku : Telah
mengabarkan kepada kami Nuh bin Qais, dari Khalid bin Qais, dari Qatadah, dia
berkata : Ketika Anas bin Malik wafat, Mawarriq berkata : Telah hilanglah
sebagian dari ilmu.
Nama Lengkap : Tsabit bin
Aslam al-Bunaniy
Nama Kunyah : Abu
Muhammad
Nama Laqab : Al-Bashriy,
al-Bunaniy
Thabaqah : Ke-empat (Tabi’in
kecil bertemu tabi’in senior)
Pendapat para ulama mengenai
tahun kelahiran dan wafatnya :
-
Ibnu ‘Ulayyah : Tsabit
wafat pada tahun 127 H.
-
Ja’far bin Sulaiman : wafat tahun 123 H.
Meriwayatkan hadis-hadis dari : Anas, Ibnu Zubair, Ibnu ‘Umar,
‘Umar bin Abu Salamah, ‘Abdur Rahman bin Abu Laila, dll.
Orang-orang yang meriwayatkan hadis darinya : Humaid ath-Thawil,
Syu’bah, Jarir bin Hazim, , Ma’mar, Hammaam, Abu ‘Awaanah, Ja’far bin Sulaiman,
al- A’masy, dll.
Penilaian para ulama mengenai sifat dan kredibilitasnya dalam
meriwayatkan hadis :
-
Bukhari, dari Ibnu al-Madiniy : Dia meriwayatkan sekitar 250 hadis.
-
Al-‘Ijliy : Tsiqah, Rijaalun shaalihun (Perawi yang saleh).
-
An-Nasa’iy : Tsiqah
-
Abu Hatim : Sahabat Anas yang paling tsabit adalah az-Zuhriy, kemudian Tsabit, lalu Qatadah.
-
Ibnu Hajar : Syu’bah berkata bahwa Tsabit selalu membaca al-Qur’an pada tiap siang dan malam, dia
berpuasa ad-Dahr (seumur hidup).
-
Ibnu Sa’ad : Dia tsiqah, ma’mun.
-
Ahmad bin Hanbal dalam “As-Su’aalaat Abu Ja’far Muhammad bin
al-Husain al-Baghdadiy” : Abu ‘Abdullah ditanyai tentang siapa yang paling tsabit dalam hadisnya Anas diantara Tsabit dan Humaid. Dia menjawab :
Yahya al-Qatthan berkata : Tsabit
ikhtilath, dan Humaid lebih tsabit
dalam hadis Anas daripada Tsabit.
-
Abu Bakar al-Bardijiy : Jalur Tsabit dari Anas lebih shahih
dari hadis jalur Syu’bah, Hammaadiin, Sulaiman bin al-Mughirah. Mereka semua tsiqah selama hadisnya tidak mudhtharrib
(kacau).
-
Ibnu Abu Hatim dalam “al-Maraasil” : Jalur Tsabit dari Abu Hurairah dianggap mursal oleh Abu Zur’ah.
C. Biografi Syu’bah[3]
Nama
lengkap : Syu’bah bin al-Hajjaj bin al-Wardi.
Nama
kunyah : Abu Bastham.
Nama
laqab : al-‘Atakiy, al-Wasithiy,
al-Bashriy, al-‘Azdiy.
Thabaqah
: Ke-tujuh (Atba’ut Tabi’in senior)
Pendapat para ulama mengenai tahun kelahiran dan wafatnya
:
-
Ibnu
sa’id : Wafat pada awal tahun 160 H di Basrah.
-
Abu
Bakar bin Manjuwaih : Lahir tahun 82 H dan wafat tahun 160 H.
-
Ibnu
Hibban : Lahir tahun 83 H.
-
Ibnu
Abu Khaitsamah : Wafat bulan Jumadil Akhir.
Meriwayatkan
hadis-hadis dari : Aban bin Tsa’lab, Ibrahim bin ‘Amir bin Mas’ud, Abdur Rahman
as-Saddiy, Ibrahim bin Maimun, dll.
Orang-orang
yang meriwayatkan hadis darinya : Ayyub, al-A’masy, ats-Tsauri, Waki’, Ibnu
al-Mubarak, Muhammad bin Ja’far, Hajjaj bin Minhal, Adam bin Abu Iyas, Abu
Dawud, Abu Nu’aim, dll.
Penilaian
para ulama mengenai sifat dan kredibilitasnya dalam meriwayatkan hadis :
-
Abu
Thalib, dari Ahmad : Syu’bah lebih hasan
hadisnya dari Ats-Tsauri, tidak ada hadis yang lebih hasan dibandingkan hadis Syu’bah.
-
Ibnu
Mahdi : Ats-Tsauri berkata bahwa Syu’bah merupakan amirul mukminin dalam
hadis.
-
Yazid
bin Zurai’ : Syu’bah termasuk orang yang paling shadiq dalam hadis.
-
Nadhr
bin Syumail : Aku tidak pernah melihat orang yang paling mencintai orang miskin
dibandingkan darinya.
-
Waki’
: Aku berharap agar Allah mengangkat Syu’bah beberapa derajat di surga.
-
Abu
Dawud : Ketika Syu’bah meninggal, Sufyan berkata : Hadis telah mati.
-
Ibnu
Sa’id : Tsiqah, ma’mun, tsabit, hujjah, shohibul hadis.
-
Al-Hakim
: Syu’bah adalah imam dari para imam di Bashrah dalam mengetahui hadis, dia
mendengar hadis dari 400 tabi’in.
D.
Dawud bin az-Zibriqan[4]
Nama Lengkap : Dawud bin az-Zibriqan
Nama Kunyah : Abu ‘Amr.
Ada yang berpendapat Abu ‘Umar
Nama Laqab : ar-Raqasyiy,
al-Bashriy
Thabaqah : Ke-delapan (Atba’ut Tabi’in
pertengahan)
Pendapat para ulama mengenai
tahun kelahiran dan wafatnya :
-
Adz-Dzahabiy : Wafat setelah tahun 180 H.
Meriwayatkan hadis-hadis dari : Ismail bin Abu Khalid, Ismail bin
Muslim, Zaid bin Aslam, Ibnu ‘Aun, Abu Zubair, Yahya bin Sa’id al-Anshariy,
Syu’bah bin al-Hajjah, dll.
Orang-orang yang meriwayatkan hadis darinya : Baqiyyah bin
al-Walid, Abu Shalih al-Mishriy, Ismail bin Musa al-Fazariy, dll.
Penilaian para ulama mengenai sifat dan kredibilitasnya dalam
meriwayatkan hadis :
-
Ibnu Ma’in : Laisa bi Syai’ (tidak ada masalah).
-
Al-Jauzaniy : Kadzdzab (pendusta).
-
Ya’qub bin Syaibah, Abu Zur’ah, Al-Azdiy : Matruk
(ditinggalkan).
-
Bukhari : Muqaarib al-Hadis
-
Abu Dawud : Dha’if, laisa
bi syai’, hadisnya matruk.
-
An-Nasa’i : Laisa bi tsiqah
(tidak tsiqah).
-
Ibnu Hajar, Ibnu Kharas, Ya’qub bin Sufyan, as-Saajiy, Al-‘Ajliy :
hadisnya dha’if.
-
Al-Bazzar : Hadisnya sangat munkar
E.
Isma’il bin ‘Amr al-Bajaliy[5]
Nama Lengkap : Isma’il bin ‘Amr
Nama Laqab : Al-Bajaliy,
al-Kuufiiy
Pendapat para ulama mengenai
tahun kelahiran dan wafatnya :
-
Al-Khatib : Wafat tahun 227
Meriwayatkan hadis-hadis dari : Ats-Tsauriy, Mis’ar, Syaiban bin
Abdur Rahman, al-Hasan bin Shalih, Qais bin Rabi’.
Orang-orang yang meriwayatkan hadis darinya : ‘Ubaid bin al-Hasan
al-Ghazzal, al-Fadh bin Ahmad, Abu ar-Rabi’ az-Zahraniy, Muhammad bin Ibrahim
bin Syabib, dll.
Penilaian para ulama mengenai sifat dan kredibilitasnya dalam
meriwayatkan hadis :
-
Ibnu Hibban dalam “ats-Tsiqaat” : hadisnya banyak yang gharib.
- Abu as-Syaikh dalam “Thabaqaat al-Ashbahaniyyiin” : Hadis-hadisnya
banyak yang gharib.
-
Al-Khatiib : Shahib Gharaib, hadisnya dari jalur ats-Tsauri
banyak yang munkar.
-
Abu Hatim, ad-Daruquthniy, Ibnu ‘Uqdah, al-‘Uqailiy, al-Azdiy mendha’ifkannya.
F. Muhammad bin Ibrahim bin Syabib al-‘Assaal al-Asbahaaniiy[6]
Syaikh yang tsiqah.
Meriwayatkan hadis-hadis dari ‘Amr bin Hayyan, Ibnu Bisyr, Muhammad bin
al-Mughirah, Nahl bin ‘Utsman bin Abdul Wahab ats-Tsaqafiy, dll. Wafat pada
tahun 292 H.
G.
At-Thabraniy[7]
Nama Lengkap : Sulaiman bin Ahmad bin Ayyub bin Muthair al-Lakhmi
al-Yamani ath-Thabraniy.
Nama Kunyah : Abu
al-Qasim
Lahir di Akka, Madinah pada Shafar 260 H. Wafat di Asfahan pada 28
Dzulqa’dah 360 H
Tempat-tempat yang dikunjungi untuk belajar hadis : Syiria, Hijaz,
Yaman, Mesir, Irak, Iran, Semenanjung Saudi Arabia, Afghanistan, Asfahan.
Nama-nama guru : Hasyim bin Murtsid ath-Thabraniy, Ibrahim bin Abu
Sufyan, Abu Zur’ah al-Dimasyqi, Basyr bin Musa. ‘Ali bin ‘Abdul ‘Aziz
al-Baghawiy, dll.
Nama-nama murid : Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim as-Sahhaf, Ibnu
Mandah, Abu Nu’aim al-Asbahaniy, Abu Sa’id al-Naqqas, dll.
Penilaian para ulama mengenai sifat dan kredibilitasnya dalam
meriwayatkan hadis :
-
Sulaiman bin Ibrahim : seorang penghafal hadis sekitar 20000-40000
hadis.
-
Abu ‘Abdullah bin Mandah : salah satu menghafal hadis yang terkenal
dan diperhitungkan.
-
Abu al-Husain Ahmad bin Faris al-Lugawi, yang dinisbatkan kepada
Ibnu al-Amid : At-Thabrani dalam hal hafalan lebih unggul dari al-Ji’abi,
sedangkan Abu Bakar sendiri lebih unggul daripada at-Thabraniy dalam hal
kepintaran dan kecerdasan.
Penjelasan
Hadis riwayat Abu Dawud ini sanadnya mursal karena terdapat
perawi yang bernama Mu’adz bin Zuhroh. Dia termasuk perawi thabaqah ketiga
(tabi’in pertengahan), namun langsung meriwayatkan dari Nabi. Hukum hadis mursal menurut jumhur ulama hadis adalah
dha’if dan tidak bisa dijadikan hujah karena terdapat perawi yang
keadaannya tidak jelas[8].
Selain menyebutkannya dalam kitab sunan, Abu Dawud juga menyebutkan
hadis ini dalam kitab al-Maraasiil.
Hadis ini mempunyai tiga syahid pada tataran sahabat, yaitu
: Pertama, dari jalur sahabat Ali bin Abi Thalib, riwayat al-Haris dalam
Musnad al-Haris. Dalam sanad ini terdapat perawi yang bernama Hammad bin
‘Amr yang menurut sebagian besar ulama termasuk
perawi yang kadzib (pendusta), matruk (ditinggalkan), waahiy
(lemah) dan munkar.[9]
Selain itu juga ada perawi yang bernama Abdur Rahman bin Waqid yang munkar,
dha’if, dan majhul.[10]
Matan hadis pada jalur ini berupa wasiat Nabi kepada Ali bin Abi Thalib untuk membaca do’a yang terdapat dalam
hadis ini setelah berbuka puasa.
Kedua, dari jalur
sahabat Anas bin Malik, riwayat ath-Thabraniy dalam Mu’jam al-Ausath.
Dalam hadis ini terdapat perawi yang bernama Dawud bin az-Zibriqan yang menurut
sebagian besar ulama termasuk perawi yang kadzdzab, matruk, munkar, dha’if, dan
tidak tsiqah. Selain itu juga ada perawi yang bernama Isma’il bin ‘Amr
al-Bajaliy yang sebagian besar ulama berpendapat dia adalah perawi yang dha’if,
munkar, dan banyak hadisnya yang gharib.
Ketiga, dari
jalur sahabat Abu Hurairah, riwayat Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf Ibnu
Abi Syaibah. Dalam hadis ini terdapat perawi yang bernama Hushain bin
‘Abdur Rahman as-Sulamiy yang kredibilitasnya diperdebatkan. Sebagian ulama
seperti Ahmad,
Ibnu Ma’in, al-‘Ijliy mengatakan dia shaduq, hujjah, tsiqah, tsabit, dan
ma’mun. Sebagian ulama berpendapat lain, seperti Abu Hatim yang mengatakan
dia tsiqah, namun hafalannya buruk pada akhir umurnya, lalu An-Nasa’i
dan al-‘Uqailiy yang mengatakan dia taghayyur[11],
dan Yazid bin Harun yang mengatakan dia ikhtilath[12]
(akalnya rusak dan kacau perkataan dan perbuatannya[13]). Bahkan Bukhari, Ibnu ‘Addiy, dan al-‘Uqailiy mencantumkannya
dalam “adh-Dhu’afaa’[14]. Dalam Manhaj an-Naqd fii ‘Uluum al-Hadis
karangan Nuruddin ‘Itr disebutkan dua macam hukum hadis dari perawi yang ikhtilath,
yaitu :
a. Jika perawinya meriwayatkan hadis tersebut
sebelum dia ikhtilath, maka hadis tersebut maqbul (diterima) dan dapat
dijadikan hujah.
b. Jika perawinya meriwayatkan hadis tersebut
sesudah ikhtilath, atau belum diketahui apakah dia meriwayatkan hadis
tersebut sebelum atau sesudah dia ikhtilath, maka hadis itu tertolak.
Pada jalur ini perawi yang meriwayatkan hadis dari
Hushain adalah Muhammad bin Fudhail. Dalam Kitab al-Ightiyaath bi Man Ramaa
ar-Ruwaah bi al-Ihktilath karangan Burhanuddin Sibth Ibnu al-‘Ajamiy
disebutkan bahwa Muhammad bin Fudhail merupakan salah satu perawi yang
meriwayatkan hadis dari Hushain setelah dia (Hushain) ikhtilath.
Bisa
disimpulkan bahwa hadis ini dha’if karena semua jalurnya tertolak dengan
berbagai alasan.
Daftar Pustaka :
Adz-Dzahabiy, Abu
‘Abdullah. Mizan al-I’tidal. 1963.
Beirut : Dar al-Ma’rifah.
Ath-Thahan,
Mahmud. Taysir Musthalah al-Hadis. 2004. Maktabah al-Ma’aarif.
al-Asbahaniy, Abu Nu’aim. Tarikh Ashbahani. 1990. Beirut : Dar
al-Kutub al-‘Ilmiyyah.
Al-Atsqalaniy, Ibnu Hajar. Tahdzib
at-Tahdzib. 1995.
Beirut : Mu’assasah ar-Risalah.
Al-Bundariy, Abdul Ghafar
Sulaiman.
Maushu’ah Rijal al-Kutub at-Tis’ah. 1993.
Beirut : Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah.
Al-Mizi, Abu
‘Abdullah. Tahdzib al-Kamaal fii Asmaa’ ar-Rijaal. 1980. Beirut : Mu’assasah ar-Risalah.
Al-‘Uqailiy,
Abu Ja’far. Adh-Dhu’afaa’ al-Kabiir. Tth. Beirut : Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah.
Ibnu
al-‘Ajamiy, Burhanuddin Sibth. Al-Ightiyaath bi Man Ramaa ar-Ruwah bi
al-Ihktilath. 1988. Kairo : Dar al-Hadis.
‘Itr,
Nuruddin, Manhaj an-Naqd fii ‘Uluum al-Hadis. 1981. Beirut : Dar
al-Fikr.
[1] Dikutip dari Tahdzib
at-Tahdzib, jilid 1, hal 190-191 (Beirut : Mu’assasah ar-Risalah. 1995)
karangan Ibnu Hajar al-Atsqalaniy dan Maushu’ah Rijal al-Kutub at-Tis’ah , jilid
1, hal. 151. (Beirut : Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah. 1993) karangan Abdul Ghafar
Sulaiman al-Bundariy.
[2] Dikutip dari Tahdzib
at-Tahdzib, jilid 1, hal 262-263 (Beirut : Mu’assasah ar-Risalah. 1995)
karangan Ibnu Hajar al-Atsqalaniy dan Maushu’ah Rijal al-Kutub at-Tis’ah , jilid
1, hal. 354. (Beirut : Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah. 1993) karangan Abdul Ghafar
Sulaiman al-Bundariy.
[3] Dikutip dari Tahdzib
at-Tahdzib, jilid 2, hal 166-170 (Beirut : Mu’assasah ar-Risalah. 1995)
karangan Ibnu Hajar al-Atsqalaniy dan Maushu’ah Rijal al-Kutub at-Tis’ah , jilid
2, hal. 150. (Beirut : Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah. 1993) karangan Abdul Ghafar
Sulaiman al-Bundariy.
[4] Dikutip dari Tahdzib
at-Tahdzib, jilid 1 hal 563-564 (Beirut : Mu’assasah ar-Risalah. 1995)
karangan Ibnu Hajar al-Atsqalaniy dan Maushu’ah Rijal al-Kutub at-Tis’ah , jilid
1, hal. 463. (Beirut : Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah. 1993) karangan Abdul Ghafar
Sulaiman al-Bundariy.
[5] Dikutip dari Tahdzib
at-Tahdzib, jilid 1, hal 162 (Beirut : Mu’assasah ar-Risalah. 1995)
karangan Ibnu Hajar al-Atsqalaniy dan Maushu’ah Rijal al-Kutub at-Tis’ah , jilid
1, hal. 128. (Beirut : Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah. 1993) karangan Abdul Ghafar
Sulaiman al-Bundariy.
[6] Dikutip dari Tarikh
Ashbahani, jilid 2, hal 188 (Beirut : Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah. 1990)
karangan Abu Nu’aim al-Asbahaniy.
[7] Dikutip dari Mu’jam al-Ausath, jilid 1, hal. 14-22 (Kairo
: Dar al-Haramain. 1995) karangan ath-Thabraniy. Dalam kitab ini, biografi
[9] Abu ‘Abdullah Adz-Dzahabiy, Mizan al-I’tidal, jilid 1, hal.
598. (Beirut : Dar al-Ma’rifah. 1963)
[10] Ibid, jilid
2, hal. 607
[11] Ibid,
jilid 1, hal. 552
[12] Ibid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar